OTORIDER - Pemerintah tengah merencanakan membuka peluang mengganti bahan bakar bersubsidi jenis Pertalite dengan Bioetanol. Hal itu diucapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Tujuannya adalah mengurangi minyak fosil dan juga meningkatkan kandungan oktan agar lebih ramah lingkungan. "Harus ke sana larinya (Pertalite diganti Bioetanol),” ujar Luhut dalam acara Jakarta Future Forum: Blue Horizons, Green Growth, dikutip Antara, Minggu (5/5).
Jika Pertalite diganti Bioetanol, pemerintah berusaha tetap menyediakan subsidi. Sehingga, harga masih bisa terjangkau dan memperbaiki sistem penerimaan BBM tersebut agar lebih tepat sasaran. "Ya, tetap subsidi. Lagi kami hitung, supaya begini, targetnya yang kami subsidi adalah orang yang pantas disubsidi," papar Luhut.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan saat ini Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan sedang membahas usulan penghapusan cukai untuk etanol.
"Jadi, nanti cukainya enggak diberlakukan gitu untuk etanol (bahan bakar) itu,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi ketika ditemui di Jakarta.
Meskipun belum ada kepastian kapan digantinya Pertalite, di beberapa daerah BBM jenis ini sudah mulai langka dan hilang dari pasaran. Dikutip dari lampost.com, Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Kotabumi, Lampung dan sekitarnya tidak memiliki stok BBM jenis Pertalite. Sedangkan, tulisan Pertalite di plang penjualan di salah satu SPBU daerah Pos Pengumben, Jakarta dihapus. (*)