OTORIDER - Dalam suatu liga sepak bola terdapat kebijakan degradasi. Kebijakan ini secara sederhana adalah pemindahan satu atau lebih klub peringkat terburuk dari suatu divisi ke divisi yang lebih rendah pada akhir musim kompetisi, begitu juga sebaliknya.
Sedangkan di MotoGP tidak, pembalap yang berada di posisi paling bawah belum tentu terdepak dari tim. Misalnya, Fabio Di Giannantonio dari Gresini Racing. Musim depan dia dipastikan kehilangan kursi di tim tersebut. Sampai saat ini, nasibnya belum jelas. Padahal, secara klasemen dia bertengger di posisi 15 besar.
Kepala kru Gresini, Frankie Carchedi mengatakan posisi Di Giannantonio membuatnya tampak tidak adil. Sebetulnya, MotoGP bisa membuat aturan seperti di sepak bola, yaitu pembalap terburuk bisa terlempar dari MotoGP dan digantikan pembalap terbaik dari Moto2.
Di sisi lain, mantan pembalap kelas 250cc dan MotoGP, Sylvain Guintoli juga mengatakan MotoGP harus menerapkan 'jendela transfer' seperti sepak bola agar para pembalap tak sembarangan digaet atau didepak.
"Saya pikir itu adalah ide yang sangat menarik. Terkadang kontrak ditandatangani setahun sebelumnya. Ini bisa menjadi sesuatu yang perlu dipikirkan di masa depan," papar Guintoli.
Ia menambahkan, pembalap biasanya menandatangani kontrak maksimal dua tahun, tetapi Di Giannantonio berada di bulan-bulan terakhir kontraknya di Gresini sehingga ia mudah untuk dibuang. (*)