Kontroversi Winglet di Gelaran MotoGP, Pembalap VS Tim Balap
Kontroversi penggunaan winglet pada MotoGP terus memanas. Bahkan tidak sedikit pembalap yang tidak setuju dengan adanya piranti tambahan tersebut karena dianggap berbahaya.
Sejak Ducati Desmosedici GP15 tunggangan Andrea Iannone dan Andrea Dovizioso dipasangi winglet musim lalu. Tren penggunaan piranti tambahan itu pun terus berlanjut di ajang MotoGP musim 2016. Semua motor mulai memakainya, termasuk dua pabrikan baru, Suzuki dan Aprilia. Hal ini mengundang polemik bagi pembalap yang merasa winglet berbahaya, tapi ditolak mentah-mentah oleh tim balap, terutama Ducati.
Padahal sebelumnya banyak yang mentertawakan bahkan meledek penggunaan winglet tersebut. Tapi sekarang hampir seluruh tim balap motor terkencang sejagad tersebut menggunakan ‘sayap’ tambahan.
Banyak yang berpendapat penggunaan winglet tidak terlalu berpengaruh pada performa motor. Bahkan tidak sedikit pula yang mengganggap ‘sayap’ tersebut berbahaya dan mampu melukai pembalap. Salah satu pembalap yang vokal menyerukan hal tersebut adalah Dani Pedrosa.
“Secara pribadi saya tidak suka (penggunaan winglet). Ini karena faktor keselamatan. Pembalap sangat rentan mengalami kecelakaan, jadi kami meminta komisi keselamatan untuk mengubah gravel, rumput, pembatas, memingkatkan kinerja pagar udara dan lainnya. Semua demi faktor keselamatan, namun kemudian kami menempatkan semacam ‘pisau’ di motor.” ujar pembalap Repsol Honda tersebut.
Meski menolak keberadaan winglet, namun motor tunggangannya tetap dipasangi walaupun berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kepunyaan Marc Marquez. Pembalap bernomor start 26 itu pun menegaskan keprihatinannya tentang resiko cedera para pembalap akibat terkena winglet.
Setali tiga uang dengan Pedrosa, Cal Crutchlow pun menanyakan sisi safety para pembalap jika menggunakan winglet. Pembalap asal Inggris itu pun mengganggap desain winglet yang tajam dan besar justru membahayakan.
“Mungkin mereka membutuhkannya, jika memang berguna! Tapi bayangkan jika peranti itu bisa melukai lengan rider lainnya. Saya hanya takut winglet akan melukai seseorang," jelas Crutchlow.
Dan ternyata tidak hanya memicu perdebatan dilingkungan MotoGP, kontroversi ini pun menggelitik Sam Lowes. Pembalap yang tengah memimpin klasmen sementara Moto2 2016 ini menganggap penggunaan winglet tidaklah berpengaruh banyak. Dan justru mengurangi kinerja motor. "Saya tak suka penggunaan winglet. Karena efeknya tidak banyak. Lihat saja catatan waktu motor-motor tahun ini dan sebelumnya, tidak naik sampai dua detik. Jadi nggak terlalu pengaruh ke catatan waktu.”
Pembalap yang beberapa waktu lalu menyambangi Indonesia itu juga menambahkan jika winglet dapat membahayakan pembalap. “Sangat berbahaya jika ada pembalap lain yang tersambar winglet. Dan terakhir, pemakaian winglet juga bikin jelek tampilan motor. Motor malah terlihat aneh." pungkasnya.
Menganggapi hal ini Bradley Smith pun turut buka suara. Menurut pembalap asal Inggris tersebut lebih memperhatikan masalah turbulensi winglet. “Bagi saya, masalah nomor satu adalah tubulensi. Faktanya adalah motor menjadi tidak stabil dan bagian depan motor bergetar pada kecepatan 350 km/jam. Saya rasa disitulah masalah berasal.” ungkapnya.
Tidak hanya soal keamanan, Smith juga menganggap penggunaan winglet akan menghabiskan banyak dana. “Saya pikir kita perlu memperhatikan hal ini, sebelum terlalu jauh. Dan sebelum semua orang akan menjadi gila merancang hal-hal yang lebih dari sekedar winglet.”
Meskipun banyak menuai polemik, namun bagi Ducati yang menjadi otak penggunaan winglet pada gelaran MotoGP tetap bersikeras untuk terus mengembangkan piranti tersebut. "Tentu saja akan ada yang komplain, tapi pada akhirnya semua motor akan menggunakannya. Saya pikir ini hanyalah bentuk evolusi dari olah raga ini dan Ducari menjadi pionirnya." terang Ducati Corse Sporting Director, Paolo Ciabatti. (otorider.com)