Sudah cukup lama sejak terakhir kali, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) melepas motor sport berjenis naked bike, Thunder 125. Dan kali ini, Suzuki kembali bermain di segmen yang sama dengan GSX-S150. Seperti Thunder 125 yang digemari sebagai jagoan turing, GSX-S150 juga diharapkan meneruskan kesuksesan saudara jauhnya tersebut.
Untuk itu, pada Sabtu pekan lalu (8/4) SIS mengajak rekan media, termasuk Otorider.com menguji kemampuan GSX-S150 turing dari Sunter, Jakarta ke Puncak, Jawa Barat pergi pulang. Ini artinya, dalam sehari perjalanan yang ditempuh GSX-S150 mencapai sekitar 160 km!
Jujur, impresi pertama dengan GSX-S150 kurang berkesan bagi kami. Pasalnya bentuk joknya sangat mirip dengan saudara sport fairingnya GSX-R150 yang posisi duduknya kurang nyaman untuk perjalanan jauh. Eits, ternyata anggapan tersebut salah. Begitu duduk dan memegang setangnya, aura motor turing langsung terasa. Punggung tak lagi membungkuk, sehingga lebih nyaman. Rahasianya ada di posisi setang yang 100 mm lebih tinggi dari GSX-R150.
Nah, bukan cuma posisi duduk yang berbeda. Anak kunci GSX-S150 masih mengandalkan model konvensional dengan pengaman tutup magnet. Mirip kepunyaan Satria F150. Putar mesin, lalu cukup tekan sekali tombol electric starter, mesin langsung menyala. Teknologinya disebut SUzuki Esay Start System.
Perjalanan dimulai membelah dalam kota dengan kondisi jalan yang cukup ramai dari Sunter menuju Bukit Pelangi, Sentul melalui By Pass dan Jl. Raya Bogor mudah dilahap. Karena selain lincah, trek yang dominan jalan lurus juga mudah sebagai santapan motor bermesin 150 cc DOHC dengan transmisi 6-speed ini.
Tantangan selanjutnya adalah jalur berkelok di Bukit Pelangi di Sentul menuju Simpang Gadog. Kestabilan handling dari GSX-S150 patut dipuji di trek ini. Posisi duduk yang lebih tegak dengan setang tinggi dan paha yang mengempit tangki membuat motor 'nurut' diajak belok.
Tenaga optimal motor saat melalui rute Gadog menuju Gunung Mas, Puncak yang menanjak. Dibukanya satu jalur menuju arah Cianjur juga membuat kondisi jalan lebih lengang dan kesempatan ini tak disiakan untuk menggali potensi mesin. Dan terbukti, mesin tipikal overbore 150 cc dari Suzuki ini enak dipakai di putaran tinggi.
Namun kendalanya, begitu rpm drop, agak sulit untuk mengail tenaga dari bawah. Kondisi ini membuat tarikan motor seolah kurang responsif di kondisi jalan stop and go seperti saat membelah macet sepanjang Jl. Raya Bogor saat kembali ke Sunter. Kami agak kesulitan mendapat tenaga yang padat berisi saat perpindahan dari gigi satu ke dua.
Untungnya kondisi ini termaafkan karena tuas kopling yang ringan. Sehingga selap selip dengan teknik menggantung kopling terasa sangat mudah. (otorider.com)