OTORIDER - Dengan kadar RON yang sama yaitu 92, Pertamax Green hasil campuran Pertalite dan Etanol kabarnya akan dijual lebih mahal. Hal itu dikatakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir. Ia menyebut pangsa pasar jenis bahan bakar itu sulit untuk disubsidi.
"Sudah diomongin sama Menteri ESDM, Pertamina juga sudah bicara, kan waktu itu Pertamina bilang ini polusi. Kalau di negara lain ketika kendaraan masih dipakai, untuk mengurangi polusinya memakai apa? Biofuel, betul enggak? Kan itu. Kayak di Brazil, campuran bioetanol-nya itu masuk. Tapi kan harganya lebih mahal, kalau semuanya harus disubsidi, mungkin pemerintah sulit," ujar Eric, Selasa (5/9).
Baca Juga: Operasi Zebra 2023 Dimulai, Simak 7 Pelanggaran yang Diincar!
Dalam pemberitaan sebelumnya, PT Pertamina menyatakan pada tahun depan ingin menghapus BBM RON 90 atau Pertalite dan diganti menjadi Pertamax Green 92.
Hal itu didasari dari pernyataan Eric, BBM yang menyasar atau dikonsumsi oleh masyarakat dengan ekonomi kelas menengah ke bawah tetap mendapat kompensasi pemerintah.
"Kalau yang bioethanol kan memang targetnya beda, middle up, yang enggak mampu tetap disubsidi, yang middle up, yang pakai mobil mewah masa harus terus disubsidi? Harus ada kerja sama orang yang mampu untuk membantu orang yang kurang mampu," ujar Eric.
Baca Juga: Tukar Tambah Motor Bensin dengan Alva Cervo dan One, Begini Caranya
Terkait campuran BBM dan Etanol untuk motor sendiri, GM Corporate Communication AHM, Ahmad Muhibbuddin mengatakan semua produk Honda di Indonesia dapat menggunakan bioetanol, meski sejauh ini perusahaan belum melakukan pengujian lebih lanjut.
"Motor Honda nanti tidak ada masalah ya, agar konsumen kami sama-sama dapat berkontribusi menggunakan BBM alternatif dan menekan konsumsi BBM fosil," ungkap Muhibbuddin beberapa waktu lalu.
Saat ini, harga BBM campuran Ethanol yaitu Pertamax Green 95 dijual sebesar Rp13.500 per liter. Sementara, Pertamax RON 92 Rp13.300 dan Pertamax Turbo 98 tanpa Ethanol dibanderol Rp15.900 per liter. (*)