Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, sepeda motor sudah menjadi moda transportasi utama. Banyak masyarakat yang berkegiatan mengandalkan motor. Namun, sebuah distrik di Kabupaten Asmat, Papua Selatan telah memakai motor berbeda dari model yang umum digunakan di banyak daerah di Indonesia.
Baca Juga: Tanggapan Alva Terkait Subsidi Motor Listrik
"Alasannya, distrik ini kesulitan mendapatkan BBM dan kondisi jaringan jalan yang tidak lebar seperti jalan pada umummnya. Lebar jalannya rata-rata 4 meter dan dibangun di atas rawa. Kawasan-kawasan yang sulit distribusi BBM," ujar Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno kepada OtoRider, Rabu (27/12).
Motor listrik menjadi kendaraan utama karena dinilai lebih cocok dan aman bagi masyarakat serta lingkungan Agats. Karena jika motor bensin tiba-tiba terbakar, bangunan dan jalan akan habis, sebab semua terbuat dari kayu.
Baca Juga: NGK Indonesia Siapkan Strategi ke Arah Kendaraan Listrik
Sementara itu, Djoko menyarakan lebih baik pemerintah mengalokasikan subsidi kendaraan listrik untuk daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) serta kepulauan. Daripada menambah BBM dengan ongkos angkut yang mahal, pemberian insentif untuk mendapatkan kendaraan listrik dirasa lebih menghemat anggaran negara.
"Dengan memberikan subsidi pada kendaraan listrik di Daerah 3T, nantinya bisa berfokus pada perbaikan infrastruktur listrik yang tersedia. Sembari menyuplai bahan bakar untuk pembangkit listrik di daerah tersebut secukupnya," ujar Djoko.