Dalam percepatan program kendaraan bermotor listrik untuk transportasi, Pemerintah menginginkan pencapaian target produksi dua juta sepeda motor listrik di Indonesia. Demi berhasilnya pencapaian tersebut, perlu adanya kolaborasi setiap kementerian/lembaga. Sebab, masing-masing memiliki tugas berbeda dalam mendukung perkembangan kendaraan listrik nasional.
“Kami di Kementerian Perindustrian mendukung dari sisi supply dan memastikan bahwa produksi dari kendaraan listrik bisa cepat tumbuh. Sementara kementerian/lembaga yang lain menyiapkan infrastrukturnya. Ini harus terkoordinasi dengan baik agar semuanya bisa berjalan lancar,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang.
Baca Juga: Konsorsium Pengguna Swap Battery Kini Bertambah Menjadi 21 Anggota
Selain itu, nantinya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang mempersiapkan satu standar baterai yang sama. Sehingga, penggunaan charging station dan swap battery akan bisa lebih mudah.
“Terkait hal ini, Kemenperin sedang melakukan pembicaraan dengan produsen sepeda motor dan produsen dari baterai supaya ada keseragaman dari baterai. Sehingga baterai yang digunakan dari Aceh sampai Papua semuanya sama. Proses ini sedang berlangsung,” ucap Agus.
Baca Juga: Pertamina Terjun ke Bisnis Swap Baterai Motor Listrik
Namun, untuk terwujudnya program kendaraan bermotor listrik masih terdapat masalah, yaitu impor komponen kendaraan listrik. Hal tersebut membuat harga kendaraan listrik masih sangat mahal.
Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko turut memberikan komentar. Menurutnya, komponen kendaraan listrik seperti baterai, dinamo, dan controller memengaruhi biaya produksi kendaraan listrik.
"Ada yang harus kita fokuskan. Pertama baterai, kedua dinamo, dan yang ketiga controller-nya. Karena ketiga hal ini sementara masih impor. Jadi mestinya BRIN menuju ke sana, kejar habis sampai ketemu," ujar Moeldoko di pameran Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2022 di Jakarta, Kamis (29/9).