Honda CUV e: Terjangkau atau Mahal? Perbandingan dengan Motor Listrik Lain di Pasaran
Dengan harga yang cukup tinggi dan jarak tempuh yang masih terbatas, Honda CUV e: menghadapi persaingan ketat dengan motor listrik lokal yang lebih terjangkau.
OTORIDER -PT Astra Honda Motor (AHM) resmi merilis motor listrik terbaru mereka, Honda CUV e:, dengan banderol harga yang menyentuh hampir Rp 60 juta. Motor listrik ini hadir dalam dua varian utama, yakni Honda CUV e: dan Honda CUV e: RoadSync Duo, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar roda dua listrik di Indonesia.
Honda CUV e: ditawarkan dengan tiga pilihan warna menarik: Stellar Matte White, Stellar Matte Silver, dan Stellar Matte Black. Harga motor ini dipatok sebesar Rp 35,45 juta untuk unit motor saja. Namun, jika ditambah dengan dua baterai MPP e:, harga totalnya menjadi Rp 54,45 juta untuk wilayah DKI Jakarta (on the road).
Sementara itu, varian lebih premium, Honda CUV e: RoadSync Duo, hadir dengan pilihan warna Quantum Matte White, Quantum Matte Silver, dan Quantum Matte Black. Varian ini dipasarkan dengan harga Rp 39,65 juta, atau Rp 59,65 juta jika ditambah dua unit baterai MPP e:.
Salah satunya Polytron FOX R yang menawarkan jarak tempuh sekitar 130 km yang dijual Rp 20,5 juta ada juga ALVA Cervo Q bisa mencapai kecepatan maksimum 103 km/jam dan jarak tempuh hingga 125 kilometer dengan dua baterai dibanderol meski agak mahal Rp 49 juta tapi sudah diberi boost charge.
Memang jika dibandingan dari segi fitur teknologi, Honda CUV e: mempunyai RoadSync Duo yang lebih canggih dari New PCX 160 bisa menampilkan peta seperti pada tampilan Google Maps bukan berupa turn by turn. Kemudian pada Honda CUV e: juga bisa langsung tersambung ke WIFI, sedangkan RoadSync Honda PCX 160 harus melalui smartphone.
Alasan Harga Motor Liistrik Honda Mahal
Menanggapi tingginya harga Honda CUV e:, Marketing Director PT AHM, Octavianus Dwi, menegaskan bahwa nilai jual produk tidak hanya dilihat dari spesifikasinya saja. Menurutnya, AHM sangat mengutamakan keamanan, terutama pada sektor baterai.
"Kami memastikan banyak aspek, terutama soal keamanan baterai. Ini adalah fokus utama kami, karena keselamatan pengguna menjadi perhatian serius,” ujar Octa beberapa Waktu lalu.
Tantangan Motor Listrik di Indonesia
Padahal Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Johannes Loman, mengakui bahwa penerimaan masyarakat terhadap motor listrik masih berjalan lambat. Faktor utama yang menjadi penghambat adalah jarak tempuh yang terbatas dan waktu pengisian daya yang relatif lama jika dibandingkan dengan motor konvensional.
“Pengendara motor di Indonesia membutuhkan kendaraan yang praktis dengan jangkauan jarak lebih jauh. Sementara teknologi motor listrik saat ini masih memiliki keterbatasan tersebut. Itulah yang membuat transisi ke motor listrik tidak secepat mobil listrik,” jelas Johannes. (*)