Kejadian dikeluarkannya Romano Fenati dari Sky Team VR46 bisa menjadi contoh bagi rider muda Indonesia yang memimpikan berlaga di ajang balap dunia.
Pasalnya secara skill, Fenati tak bisa dibilang buruk karena tengah memperebutkan gelar juara Moto3 tahun ini. Bahkan saat dikeluarkan jelang Moto3 Austria, rider asal Italia tersebut tengah berada di posisi tiga klasemen.
Namun, sikapnya yang buruk ditengarai menjadi alasan utama Fenati tak lagi membalap. "Kami punya aturan. Dan aturan tersebut sudah dilanggarnya. Hal ini memang berat bagi semuanya, tapi kami sudah putuskan. Karena, sudah seharusnya ia bersyukur berada di tim ini. Masih ada ribuan rider diluar sana yang memimpikan bisa membalap di kelas ini bersama kami," ucap Pablo Nieto, Manajer Sky Team VR46.
Menurutnya, ketiganya penting dimiliki para pembalap untuk pengembangan dirinya di masa depan. "Khusus skill dan knowledge bisa dipelajari. Tapi untuk attitude dan karakter para pembalap akan terlihat saat pembalap tersebut dalam tekanan besar. Nah, di sini fungsi tim, bukan hanya ada dalam urusan teknis, tapi juga memberikan pantauan dan arahan, agar pembalap tersebut tak berlaku menyimpang."
"Karena, rata-rata pembalap memiliki karakter yang nyentrik, berbeda dari orang biasa. Selain itu, lingkungan keluarga juga berpengaruh besar. Untuk itu, tim harus bisa mengarahkan menjadi lebih profesional. Karena membina rider muda adalah sebuah bentuk investasi di masa depan," tutupnya yang kini tengah menangani dua rider muda, Imanuel Pratna dan Galang Hendra. (otorider.com)