Busi menjadi salah satu komponen penting dalam sistem pengapian mesin motor. Hal ini karena busi berfungsi memercikkan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar. Busi motor sendiri dibagi menjadi dua tipe, yakni busi dingin dan busi panas.
“Busi dingin dan busi panas ini bukan suhu busi saat dipegang pakai tangan. Tapi penamaan untuk heat range busi tersebut, seberapa cepat melepas panas," ucap Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia saat ditemui OtoRider.
Pada busi NGK, busi panas atau busi dingin bisa dilihat dari fisiknya, satu angka di tengah kode part busi, contoh NGK CPR6EA, speknya lebih panas daripada NGK CPR9EA. Lantas, apa efeknya jika busi dingin dipakai di motor yang butuh busi panas, begitupun sebaliknya?
Bisa dilihat kalau busi (CPR6EA) yang punya nilai heat range 6, sedangkan busi (CPR9EA) itu 9. "Sebagai asumsi, busi dengan tingkat heat range 6 akan bekerja maksimal pada suhu mesin 3.000 derajat celcius, sedangkan heat range 9 pada 5.000 derajat celcius," jelas Diko.
Dilihat dari nilai angka heat range kedua busi tersebut jelas memiliki suhu kerja yang berbeda. Lebih lanjut, Diko menjelaskan jika busi dingin dipakai di motor yang harusnya busi panas akan berdampak buruk untuk performa mesin
“Kalau busi dingin dipakai untuk motor yang standarnya busi panas itu efeknya motor akan sulit hidup saat starter awal, tarikan bawahnya malah akan menjadi berat dan ruang bakar pun akan cepat kotor, akibat dari pembakaran yang tidak sempurna,” jelasnya.
Sementara itu, busi panas bila digunakan di motor yang standarnya harus busi dingin juga dapat menimbulkan efek negatif. “Kalau busi panas dipasang di motor busi dingin mesin bisa overheat bahkan busi bisa meleleh atau pecah, karena suhu kerja mesin yang terlalu tinggi,” terangnya.