Indonesia Rider Expedition Himalaya; Trek Pertama Langsung Membuat Ciut Nyali
Selain didera kerusakan motor, tim Indonesia Rider Expedition bertemu handycap yang membuat nyali ciut. Menyeberangi jurang dengan ketinggiak 117 m sejauh 3.5 km tanpa jaring pengaman jembatan.
Meski peserta tim Indonesia Rider Expedition yang berangkat ke Himalaya punya jam terbang tinggi soal mengendarai motor, semuanya tak luput dari kursus singkat memakai Royal Enfield. Apalagi motor ber DNA British Motorcycle punya karakter beda dengan motor-motor Jepang. Salah satunya letak rem di kaki kiri dan tuas preneleng di kaki kanan. Bahkan pola pindah gigi presnelengnya juga sedikit membingungkan, karena kebalikan dari motor sport kebanyakan.Tentu hal ini perlu penyesuaian agar tidak salah operasionalnya.
Satu jam pengenalan awal, tim expedisi yang didukung Pertamina Enduro ini dilanjutkan dengan langsung mencoba trek. Simulasi trek dari yang paling ringan sampai ke level trek extrem.
Motor yang dipakai rata-rata punya tahun produksi 1990an. Namun tenaga dan torsi mesin 500 cc masih sangat powerfull. “Motor ini seperti benar diciptakan untuk tanah Himalaya,” ujar Wijaya Kusuma dalam pesan singkatnya kepada otorider.
Pun beberapa kendala ringan mulai dihadapi. Seperti Harry Taib atau yang akrab dipanggil Bang Aik, sempat terjatuh karena handycap jalanan. Sedangkan Andrea Milano terkendala kerusakan mesin akibat ring pistonya mulai aus.
Beberapa rombongan tim yang di belakang, seperti Wawan Nova dan Farit Firman sempat tidak berkabar kabar. Namun dalam radio komunikasi yang di jalin, sempat terkabarkan ada peserta tim terkendala mesin.
Setelah regrouping baru diketahuan, beberapa peserta di group yang berbeda, benar mengalami perbaikan. Beruntung saat melewati Kusma Suspension Bridge dengan ketinggian 117 tanpa pengaman di sisi kanan, semua peserta bisa melewati dengan selamat. Padahal jembatan sepanjang 3.5 km ini sempat membuat ciut nyali para peserta.