Komparasi Turing Singkat Suzuki GSX-S150 VS Honda CB150R
Meski judulnya, 'singkat' namun turing yang Otorider rasakan dengan memakai Suzuki GSX-S150 dan Honda CB150R dengan jarak di atas 50 km lumayan memberi impresi berkendara pada keduanya.
Meski judulnya, 'singkat' namun turing yang Otorider rasakan dengan memakai Suzuki GSX-S150 dan Honda CB150R dengan jarak di atas 50 km dan menempuh beragam kondisi jalan, lumayan memberi impresi berkendara pada keduanya.
Suzuki GSX-S150
Pada jagoan baru Suzuki di kelas naked bike ini, kami berkesempatan mengujinya turing dengan rute, Sunter (Jakarta) menuju Puncak, Bogor (Jawa Barat) PP dengan jarak sekitar 150 km.
Handling dan kenyamanan GSX-S150 patut dipuji. Hal ini karena bodinya yang ramping dengan kombinasi setang yang pas, tidak terlalu tinggi dan baplang membuat motor ini lincah dikendarai.
Untuk selap-selip di kemacetan kota Jakarta, maupun diuji dengan jalan berkelok di rute Bukit Pelangi, Sentul menuju Puncak, motor ini tetap mantap dikendalikan. Posisi duduknya juga lumayan nyaman dengan paha menjepit tangki.
Selain itu, panel spidometer full digital yang hadir dengan desain sederhana, justru menampilkan beragam informasi dengan baik. Seperti posisi gigi, kecepatan, putaran mesin hingga ke saat pergantian gigi lewat shift light indicator.
Sedikit catatan justru hadir dari mesin bervolume bersih 147 cc yang diusung GSX-S150. Sebab, meski diklaim tenaganya mencapai 18,9 dk per 10.500 rpm dan torsi 14 Nm di 9.000 rpm. Namun karena karakternya yang overbore, yakni dimesin bore x stroke 62 x 48,8 mm membuat tarikan awalnya terasa sedikit loyo.
Untungnya, hal ini 'termaafkan' berkat tenaga motor seharga Rp 23,9 juta ini yang besar dan berisi saat dipacu di trek lurus, atau tanjakan yang bebas kemacetan.
Honda CB150R
Pada Honda CB150R rutenya memang lebih pendek, yakni dari Kota Bandung menuju Situ Patenggang dan berkeliling di sekitar Ciwidey dengan jarak tempuh sekitar 60 km.
Saat awal, mungkin posisi jok terasa tinggi saat dikendarai. Tetapi setelah adaptasi sebentar, posisi ini justru nyaman untuk perjalanan jauh. Tetapi, karena desain tangkinya yang lebih melebar, memiliki konsekuensi pada kelincahannya yang sedikit berkurang untuk selap-selip.
Kenyamanan suspensi CB150R boleh dipuji, meski masih terbilang lebih keras ketimbang GSX-S150. Tapi lebih stabil menghadapi tikungan tajam khas pegunungan di kawasan Ciwidey. Hal ini boleh jadi karena selain suspensi yang agak keras, juga penggunaan ban yang lebih lebar. Di mana roda CB150R memakai kombinasi 100/80-17 dan belakang 130/70-17. Sedangkan GSX-S150 memakai ban 90/80-17 dan 130/70-17.
Dengan mesin 149,1 cc DOHC, CB150R terasa bertenaga dan responsif, baik diputaran mesin bawah hingga ke atas. Ini berkat karakter mesin yang 'almost square' dengan dimensi diameter x langkah 57,3 x 57,8 mm.
Sayangnya, panel spidometer full digital yang diusung oleh motor Rp 26,025 juta ini agak sulit dipantau karena ukurannya yang kecil. Selain itu, spidometer CB150R juga tanpa dilengkapi informasi posisi gigi dan shift light.
Untungnya, sisi fungsionalitas CB150R terbantu dengan hadirnya besi behel di belakang yang berguna untuk pengait barang, pegangan pembonceng hingga sekadar memindahkan posisi motor. (otorider.com)