Honda Siapkan Motor Penenggak Biofuel di Indonesia
Astra Honda terus mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk mewujudkan energi yang lebih berkelanjutan melalui penggunaan bahan bakar campuran etanol.
OTORIDER - Dalam upaya mendukung program pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon, PT Astra Honda Motor (AHM) mengungkapkan kesiapan teknologi mereka dalam pengembangan biofuel sebagai alternatif energi ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor.
Rencana ini mencakup implementasi biofuel yang sudah diterapkan di beberapa negara seperti Brazil dan Argentina, serta potensi pengembangannya di Indonesia.
AHM sendiri telah menunjukkan komitmennya dalam mengurangi jejak karbon dengan memanfaatkan biofuel. Salah satu contoh penerapan yang sudah dilakukan Honda adalah penggunaan biofuel berbahan dasar tebu di negara-negara seperti Brazil dan Argentina.
"Kalau secara Honda motor, teknologi kita terkait karbon netral sudah sangat siap. Jadi contoh kita punya biofuel, kami juga punya yang di Brasil atau di Argentina, kami juga punya biofuel yang dari tebu,” ujar Executive Vice President Director PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya beberapa waktu lalu.
Pentingnya kolaborasi antara produsen kendaraan dan pemerintah menjadi sorotan dalam pengembangan biofuel di Indonesia. Honda mengakui bahwa saat ini, meskipun teknologi untuk mengadaptasi kendaraan sepeda motor ke biofuel sudah ada, implementasinya memerlukan standar dan pengujian lebih lanjut.
"Kami siap melakukan penyesuaian teknologi pada kendaraan yang ada untuk menggunakan biofuel, tetapi saat ini kami belum bisa memberikan informasi resmi karena masih dalam tahap uji coba dan pengujian kualitas bahan bakar," ujar Thomas.
Salah satu contoh implementasi bahan bakar ramah lingkungan di Indonesia adalah Pertamax Green, yang mengandung 5 persen bioetanol (E5). Menurut pihak AHM, sepeda motor Honda di Indonesia sudah dapat menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol rendah, seperti yang terkandung dalam Pertamax Green.
"Produk sepeda motor Honda telah dirancang untuk bisa mengonsumsi bahan bakar dengan campuran etanol dalam jumlah yang lebih rendah, seperti Pertamax Green dengan kadar bioetanol 5 persen," ungkap Thomas. (*)