Generasi Produktif dalam Bahaya Ancaman Kecelakaan Roda Dua
Penggunaan motor atau kendaraan roda dua meningkat tajam di kalangan generasi produktif. Namun, di balik kemudahan mobilitas, terdapat ancaman.

OTORIDER - Di Indonesia, sepeda motor telah menjadi tulang punggung transportasi harian, khususnya bagi generasi produktif berusia 20 hingga 40 tahun. Kemudahan akses, efisiensi waktu, serta biaya operasional yang relatif rendah menjadikan kendaraan roda dua pilihan utama untuk aktivitas kerja, kuliah, hingga berwirausaha. Namun di balik kontribusinya terhadap mobilitas nasional, ada ancaman serius yang mengintai baik dari aspek keselamatan, kesehatan mental, hingga sosial ekonomi.
Tiga Nyawa Hilang Setiap Jam: Ancaman yang Nyata
Menurut data terbaru dari Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri, angka kecelakaan kendaraan roda dua meningkat lebih dari 50 persen dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2024 saja, lebih dari 150.000 kasus kecelakaan dilaporkan, dengan korban jiwa mencapai 26.893 orang—sebagian besar adalah pengendara sepeda motor.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik. Setiap jam, tiga nyawa melayang akibat kecelakaan jalan. “Ini bukan sekadar angka, ini adalah peringatan bahwa tanpa intervensi kebijakan yang kuat, Indonesia bisa kehilangan aset terpentingnya untuk menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Cazadira F. Tamzil, Executive Director Pijar Foundation.
Generasi Produktif dalam Bahaya
Ironisnya, kelompok usia yang paling terdampak justru adalah mereka yang masuk dalam rentang 15 hingga 24 tahun—generasi muda yang diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi nasional dalam dua dekade ke depan. Jika tren ini terus dibiarkan, Indonesia berisiko kehilangan bonus demografi yang selama ini dijadikan harapan untuk menjadi negara maju pada 2045.
“Jika kita gagal melindungi kelompok usia produktif dari risiko kecelakaan, maka Indonesia akan kehilangan daya saing dan kekuatan demografinya menuju 2045,” ujar Kombes Pol Arief Bahtiar, S.I.K., M.M., Kasubdit Standar Cegah dan Tindak Direktorat Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri.
Teknologi dan Inovasi: Jalan Menuju Solusi
Seiring perkembangan zaman, inovasi teknologi kendaraan roda dua berkembang pesat. Mulai dari sistem pengereman canggih (ABS, CBS), fitur pengingat penggunaan helm, hingga sensor keselamatan dan konektivitas kendaraan.
“Data menunjukkan bahwa pengendara rata-rata hanya memiliki 0,75 detik untuk bereaksi sebelum kecelakaan. Ironisnya, hampir 50% pengendara tidak merespons sama sekali. Kondisi ini bisa dibantu bila kendaraan dilengkapi dengan teknologi keselamatan yang tepat seperti ABS” ungkap Pakar Transportasi ITB/Perwakilan Tim Pakar Economic Impact of Road Safety Research ITB, Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, M.T, Ph.D.
Namun, untuk benar-benar efektif, teknologi ini harus dibarengi dengan kebijakan yang responsif, inklusif, dan berbasis data. Regulasi yang stagnan tidak akan mampu mengimbangi dinamika dan tantangan keselamatan jalan di era mobilitas digital saat ini.
Negara-negara tetangga telah lebih dahulu mengadopsi teknologi keselamatan aktif untuk kendaraan roda dua. Di Malaysia, misalnya, setelah melalui kajian selama dua tahun oleh Kementerian Transportasi, penggunaan sistem pengereman ABS ditetapkan sebagai persyaratan wajib untuk sepeda motor baru. (*)










