Isu Pertalite Campur Etanol Bikin Motor Brebet di Jawa Timur, Ini Penjelasan Ahli ITB
Isu Pertalite dicampur etanol (E10) ramai di Jawa Timur setelah banyak motor brebet hingga mogok. Namun , Pertamina pun membantah adanya pencampuran etanol

OTORIDER - Isu dugaan pencampuran etanol 10 persen (E10) pada bahan bakar Pertalite tengah ramai diperbincangkan publik. Sejumlah pengguna motor di wilayah Jawa Timur, seperti Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan, mengeluhkan kendaraannya mengalami brebet hingga mogok massal. Banyak yang menduga penyebabnya berasal dari kualitas bahan bakar yang dicampur etanol.
Namun, PT Pertamina sendiri telah membantah keras tudingan bahwa produk Pertalite dicampur etanol (E10). Perusahaan menegaskan tidak ada perubahan formula atau pencampuran etanol pada produk Pertalite yang beredar di masyarakat.
Lalu, benarkah bahan bakar yang dicampur etanol bisa bikin mesin motor brebet atau rusak?
Ahli ITB: Efek BBM Campur Etanol Seharusnya Terjadi Secara Massal
Menanggapi isu tersebut, Dr. Ing. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin, Kelompok Keahlian Ilmu Rekayasa Thermal Institut Teknologi Bandung (ITB), memberikan penjelasan ilmiah. Ia menilai kecil kemungkinan gangguan mesin di beberapa daerah disebabkan oleh campuran etanol pada Pertalite.
“Misalkan sekian lama sudah dicampuri etanol, yang namanya bahan bakar pasti kalau menimbulkan dampak negatif itu akan banyak sekali. Enggak mungkin efeknya cuma satu dua kendaraan, pasti massal,” ujar Tri dalam RAMO Podcast yang tayang di kanal YouTube Otorider.
Menurutnya, selama ini tidak pernah ada kejadian efek massal akibat penggunaan bahan bakar dengan kandungan etanol di Indonesia. “Kalaupun ada beberapa masalah yang timbul, biasanya dicurigai berasal dari penyebab lokal, misalnya dari tangki penyimpanan di SPBU atau kondisi kendaraan itu sendiri,” tambahnya.
Tri menegaskan, jika efek negatif benar berasal dari bahan bakar, maka gejalanya akan muncul secara serentak di banyak wilayah dan jenis kendaraan. “Kalau dia hanya sporadis di beberapa tempat atau hanya satu kendaraan tertentu, itu pasti bukan bahan bakar,” tegasnya.
Uji Lapangan: Tidak Ada Masalah pada Kendaraan
Tri juga menuturkan pengalaman pribadinya menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan berbeda. “Saya sendiri di mobil, biasanya pakai RON 92, lalu naik ke RON 95 memang terasa lebih enak karena tenaganya lebih powerful. Dan nyatanya, saya sudah sering kali mencoba kendaraan saya dan enggak pernah ada masalah,” jelasnya.
Meski begitu, terkait kejadian di Jawa TImur publik berharap Pertamina dan pihak terkait tetap melakukan investigasi lapangan untuk memastikan kualitas bahan bakar di wilayah terdampak tetap sesuai standar dan aman digunakan. (*)










