Ride2theASEAN Pulang ke Indonesia Karena Gagal Masuk Thailand
Dimulainya perjalanan memperkenalkan keindahan budaya Indonesia di ASEAN merupakan tema dari perjalanan dua bikers Indonesia, Adet vriono dan Rial hamzah mengelilingi negara yang ada di Asia tenggara.
Dimulainya perjalanan memperkenalkan keindahan budaya Indonesia di ASEAN merupakan tema dari perjalanan dua bikers Indonesia Adet vriono dan Rial hamzah mengelilingi negara yang ada di Asia tenggara, dengan mengendarai sepeda motor Kawasaki Versys 650 dan Suzuki V-Strom 650. Mereka memulai perjalanan pada 19 Februari lalu dari Jakarta.
Rute awal selepas dari Jakarta mereka melintasi Pulau Sumatera dengan tujuan pelabuhan penyebrangan Tanjung Balai (Asahan) untuk menyebrang ke Port Klang, Malaysia.
"Tantangan terbesar berkendara di Sumatera dengan kondisi hujan sangat menguji skill riding dan fisik kami berdua, fokus dalam berkendara kami tingkatkan menjadi 2 kali lipat dalam menghadapi berbagai rintangan terutama lubang, bis dan truk. Tetapi lubang dan jalan rusak adalah musuh utama kami," ujar Adet Vriono, salah satu rider Ride2theASEAN.
Di hari ketiga perjalanan dimulai dari Lubuk Linggau, Provinsi Jambi menuju Bukit Tinggi, Sumatera Barat, menurut GPS perjalanan berjarak kurang lebih 600 km, yang melewati hutan sawit.
“Berkendara dimalam hari menuju Lubuk Linggau dari Lahat, hampir terjadi kemalangan karena ada tali baja yang membentang dijalanan, yang saya pikirkan pasti modus begal. Beruntung kami bisa melewati dengan selamat dan secepatnya memacu kendaraan. Berkendara di malam hari memang tidak dianjurkan dimana kita berada, terutama didaerah yang asing buat kita,” ujar Adet.
Memasuki hari ke empat bersiap untuk menyebrang ke Malaysia dari Tanjung Balai, Asahan. Setelah mengurus beacukai kurang lebih 25 menit. “Ternyata kapal penyebrangan tidak yang seperti kami bayangkan, bukan kapal sekelas Fery yang seperti biasa untuk penyebrangan domestik, hanya kapal speed boat seukuran mikro bus untuk menyebrangi selat Malaka sejauh 110 km dengan motor berada di atas atap,” ujar Adet.
“Baru kali ini kami menaikkan sepeda motor ke kapal yang sekecil ini dan diletakkan diatas atap. Hanya bisa pasrah dan berdoa agar ombak tenang sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” ujar Rial.
Penyebrangan yang memakan waktu lima jam untuk sampai ke Port Klang Malaysia, setelah tiba langsung mengurus imigrasi dan beacukai yang memakan waktu hampir satu jam. Hari pertama memasuki Negeri Jiran, kami langsung berkunjung ke Festifal Wilayah Motor Malaysia. Disini kami disambut oleh para biker yang ada di Malaysia sebagai tamu kehormatan. Saling bertukar cerita perjalan kami dari Indonesia maupun saat menuju Malaysia serta bertukar pikiran mengenai jalur Asean yang akan kami lalui nanti dan tak lupa saling bertukar cinderamata yang kami bawa berupa slayer batik tradisional Indonesia.
Hari ke delapan memasuki Thailand sedikit susah karena proses border Thailand (sadou border) terjadi masalah, karena ada peraturan baru proses pengesahan dokumen disini. Sepeda motor Indonesia tidak dapat masuk, ada peraturan baru yang diterbitkan oleh pemerintahan Thailand, yang boleh masuk hanyalah sepeda motor dari Malaysia, Singapura dan Laos sedangkan Indonesia tidak bias.
“Kami pun beragumentasi dengan petugas custom sesuai peraturan internasional jika pakai carnet motor tentunya boleh memasuki suatu negara. Cukup Lama kami berdebat yang pada akhirnya motor sepeda motor tetap tidak diperbolehkan masuk,”terang Adet.
Kami pun meminta bagiamana cara untuk masuk kedalam Thailand. Dalam peraturan baru tersebut disebutkan "Jika ingin memasuki Thailand harus mendapatkan permit dari D.L.T (Department Land Transpot, semacam Dinas Perhubungan).
Thailand mempunyai peraturan baru diawal 2017 dan mulai diberlakukan ketika memasuki negara Thailand jika kita memakai kendaraan sendiri. Walaupun Thailand dan Indonesia termasuk anggota ASEAN tapi ada beberapa hal yang tidak fleksibel dalam peraturannya yang melarang masuk kendaraan bermotor dari luar Thailand.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh beberapa agen rental motor di Thailand, mereka bisa bantu tapi kita harus membayar 50.000 bath (sekitar Rp 20 juta-an) selama perjalanan di Thailand .
Sebelumnya kami sudah mengetahui aturan ini, namun sebagai smart traveller tentu tidak mau membayar 50.000 bath untuk 5 hari riding di Thailand. Jadi kami memutuskan untuk on the go melihat langsung dan mencari cara untuk memasuki Thailand tanpa bayar mahal, setelah 1 hari penuh bolak balik ke DLT, tourism Thai kami mendapat cara yang murah dalam mendapat permit untuk membawa motor masuk Thailand, dengan biaya resmi dan tanpa pengawalan seperti yang disyaratkan agen dalam Facebook Thailand overlander.
Setelah berbagi usaha belum membuahkan hasil, “Kami kecewa tidak bisa di ijinkan masuk Thailand menggunakan sepeda motor kami. Akhirnya kami kembali ke Indonesia untuk menunggu pembuatan surat permohonan Temporay Permit kendaraan untuk masuk Thailand yang prosesnya sekitar 15 hari dan membuat multiple visa Thailand,”tutup Adet.