Penerapan Biofuel yaitu pencampuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax dengan bahan bakar nabati awal Juli ini akan dihadirkan PT Pertamina (Persero). Kabarnya harga Bioetanol bakal setara dengan jenis BBM RON 95.
"Jadi nanti kami mau launching produk baru yaitu Bioetanol. Jadi Pertamax kami campur dengan etanol. Kisaran harganya sama dengan RON 95," ujar Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati dalam keterangan resmi.
Baca Juga: Dukung Energi Terbarukan, Pertamina Bakal Hadirkan BBM Jenis Baru
Saat ini Pertamina sendiri tidak menjual jenis BBM dengan RON 95, yang mana sejak 2016 sudah menghentikan produksi Pertamax Plus. Ditambah, karena adanya tuntutan dari pasar mobil sport dan juga mobil-mobil dengan tingkat kompresi tinggi. Dengan begitu, Bioetanol ini bakal menggantikan Pertamax Plus. Sehingga, nantinya terdapat Pertamax (RON 92), Bioetanol (RON 95), dan Pertamax Turbo (RON 98).
Untuk harga, Nicke belum mau memberitahu berapa besaran pastinya. Tapi jika dibandingkan dengan RON 95 yang dijual perusahaan minyak dan gas milik swasta, ada beberapa pilihan. Di antaranya seperti Shell V-Power, Vivo Revvo 95, dan BP Ultimate.
Tercatat, Shell V-Power saat ini dijual seharga Rp13.400 per liter, Revvo 95 Rp13.200 per liter, dan BP Ultimate Rp13.400 per liter. Dengan data tersebut, bisa dipastikan Bioetanol akan berada di kisaran Rp 13.000.
Baca Juga: Mulai Rp 195 Ribuan, Ini Pilihan dan Harga Ban Yamaha Gear 125
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan campuran Pertamax dengan olahan dari tetesan tebu itu akan diuji coba di Jawa Timur.
“Di wilayah Jawa Timur sekitar Surabaya, Mojokerto, karena pabriknya ada di sana, di Malang dan Mojokerto. Sekarang kami fokus ke Mojokerto dulu yang 10.000 liter,” kata Dadan di Kementerian ESDM, Jakarta pada Senin (19/6) dikutip dari Bisnis.com.
Dadan menambahkan, Bioetanol nantinya masuk bensin nonsubsidi, sehingga tidak akan bakal dibantu pemerintah seperti Pertalite. "Kita dengan Pertamina masih desain mau dicampur ke bagian yang mana, supaya per sekarang tidak ada subsidi dari pemerintah jadi harus masuk ke BBM yang secara harga tidak membutuhkan bantuan atau insentif,” papar Dadan.