OTORIDER - Seiring perkembangan teknologi, muncul sebuah pengembangan baru selain listrik untuk menggerakkan sebuah kendaraan yakni dengan energi hidrogen. Meskipun belum ada motor hidrogen yang dijual secara massal, beberapa produsen otomotif tengah mengembangan energi ini.
Di Japan Mobility Show 2023, Yamaha menampilan skutik bertenaga hidrogen yang menggendong tangki seperti tabung gas elpiji di jok belakang. Berdasarkan penjelasan Yamaha, motor tersebut adalah kendaraan penelitian, bagian dari Hydrogen Small mobility & Engine technology (HySE).
Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah hidrogen ini lebih murah dari bensin dan listrik? Di Indonesia, PT PLN (Persero) baru saja meresmikan stasiun pengisian hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di tanah air sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. HRS ini berlokasi di Senayan, Jakarta.
Biaya yang harus dikeluarkan bila menggunakan bensin sebesar Rp 1.300 per 1 kilometer (km). Jika memakai kendaraan listrik dengan pengisian daya di rumah, biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 350-400 per km. Sedangkan, untuk hidrogen biaya yang harus disiapkan hanya Rp 276 per km.
"Kalau menggunakan hydrogen refueling station (HRS) yang ada di sini, biayanya hanya sekitar Rp 276 saja per km. Coba bandingkan dengan biaya menggunakan BBM Rp 1.300 per km," ujar Darmawan dalam acara peresmian Hydrogen Refueling Station di Senayan, Jakarta pada Rabu (21/2).
Selain murah, hidrogen hijau juga disebutnya bisa mengurangi konsumsi BBM hingga1,59 juta liter per tahun, serta berkontribusi terhadap penurunan emisi 4,15 juta kg CO2 per tahun.
Namun, tampaknya untuk menikmati kendaraan berbahan hidrogen di Indonesia, masih perlu menunggu waktu lama. Hal itu dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto saat pembukaan IIMS 2024.
"Hidrogen itu masih lama karena kita musti punya sumber energinya. Sumber energi harus hijau atau green," ujar Airlangga di Jakarta, Kamis (15/2). (*)