Bagi sebagian komunitas otomotif, banyaknya jumlah anggota menjadi salah satu patokan sukses atau tidaknya sebuah perkumpulan. Tidak dengan Lambretta Club Indonesia, jumlah anggota memang sengaja dibatasi agar lebih erat dan tidak menjadi buah simalakama bagi anggota lain.
“Dulu pernah kejadian ada orang lain yang membawa nama klub saat berbuat onar di luar kota, belajar dari kejadian itu akhirnya kita batasi,” pungkas Rachman Gunawan mantan Ketua LCI pertama pada 2011. Mengedepankan kualitas menjadi acuan dalam manajemen klub ini bila menggaet member baru. Tak cukup hanya memiliki passion, memiliki Lambretta dan domisili seputar Jakarta atau paling jauh Bandung menjadi persyaratan wajib kala bergabung.
Jika tak memiliki referensi dari anggota lain, biasanya calon anggota baru akan diajak nongkrong bersama terlebih dahulu. Jika ada kecocokan maka akan diresmikan bergabung.Hingga berjalan empat tahun, sudah 46 orang tergabung resmi dengan klub yang telah diakui oleh Lambretta Club of Great Britain, salah satu klub Lambretta terbesar di Inggris.
Tak cuma nongkrong, memiliki keuntungan menjadi kelebihan bergabung dengan LCI. Untuk mengisi kas klub, penjualan merchandise pun dilakukan. Selain itu, antar anggota pun dibolehkan menggalang profit dengan menjual onderdil dan aksesori guna melestarikan populasi yang hanya ada 2.000an unit di tanah air. Tak pelak membuat salah seorang anggota klub dipercaya menjadi main dealer parts Lambretta di Asia dan sudah mengantungi izin import skuter Lambretta dari luar.
Demi eksistensi, beberapa kegiatan dilakukan. Antara lain Honk, If You’re Scooterist pada 2013 lalu dan turing dua tahunan. Pada Oktober silam pun, LCI juga telah sukses menyelesaikan turing ke kota Jogjakarta untuk merayakan hari jadi yang ke-4. (otorider.com)