OTORIDER - Pemerintah saat ini tengah menggenjot pertumbuhan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) terutama motor di Indonesia, dengan memberikan subsidi sebesar Rp 7 juta.
Kebijakan yang membuat harga sebuah motor listrik menjadi lebih terjangkau tersebut diklaim dapat memicu masyarakat beralih ke kendaraan listrik. Namun, laporan Populix dalam survei bertajuk "Electric Vehicle Dynamics: Unveiling Consumer Perspectives and Market Insights", motor listrik murah di bawah Rp 10 jutaan justru kurang peminat karena cuma 17 persen.
"Mereka merasa harga motor listrik yang wajar adalah pada rentang harga Rp 10 juta sampai Rp 20 juta (49 persen). Lalu, untuk ekspektasi motor listrik yang lebih berkualitas, di antara Rp 20 juta sampai Rp 30 juta (22 persen)," kata CEO and Co-Founder Populix, Timothy Astandu.
"Ekspektasinya dari jarak tempuh lebih jauh dibanding sepeda listrik. Namun dari segi harga tentunya lebih tinggi. Di sini yang menarik ekspektasi konsumen terhadap harga motor listrik ini lumayan uniform, hampir setengah dari mereka berada di level Rp 10 juta - Rp 20 juta," papar Timothy.
Sebagian besar responden terdiri dari 350 laki-laki dan perempuan berusia 25-55 tahun yang sudah menggunakan kendaraan listrik. Beberapa di antaranya menginginkan jarak tempuh motor listrik sejauh 74,93 kilometer.
Penggunaan motor listrik dengan jarak 50-70 km menjadi yang terbesar, yakni 32 persen. Sementara di bawah 50 km sebesar 17 persen. Kemudian diikuti jarak tempuh 71-90 km sebanyak 15 persen dan 91-100 km 13 persen. (*)