Lewat panduan dari tim teknis Honda, Otorider.com berkesempatan untuk membedah mesin New DOHC 150 Cc keluaran pabrikan berlogo sayap mengepak tersebut. Saat ini, mesin berpendingin cair ini sudah dipakai oleh empat produk berbeda. Yakni Honda CB150R, Sonic 150R, CBR150R dan yang terbaru, Supra GTR 150.
Dalam bedah teknologi ini, pihak Honda coba menjelaskan perbedaan spesifikasi dengan mesin sebelumnya, yang dipakai oleh CB150R StreetFire dan CBR150R lama. Seperti apa?
"Terdapat tiga perubahan signifikan di mesin baru ini. Mulai dari struktur valve, ruang bakar dan sistem pendinginan," buka Wahyu Isti Budi, Technical Trainer Honda Wahana.
Oiya, ukuran valve ex dibuat lebih kecil, yakni 19 mm, ketimbang yang lama 21 mm. Sedikit aneh, karena biasanya di mesin balap, ukuran valve justru diperlebar untuk mengakomodasi asupan udara dan bensin lebih kaya. Sedangkan valve in masih sama, yakni 22 mm.
"Pasokan tetap kok, karena lubang injektor kini dibuat 8 titik dari sebelumnya 6 titik, valve kecil justru membuat bobot mesin makin ringan," ucap Nanang Sutia, Intruktur Teknik Honda Daya.
Pun demikian dengan cekungan valve steam yang dibuat lebih kecil untuk mengoptimalkan aliran udara ke dalam ruang bakar.
Ruang bakar juga diubah, dengan menaikan angka kompresi ke 11,3:1. Yang lama, masih 11:1. Meskipun tinggi, namun Honda menyatakan jika mesin ini masih aman mengonsumsi BBM jenis premium.
Jeroan mesin juga dibuat lebih ringan. Misalnya piston yang lebih ringan 18 gram, pin piston 10 gram dan con rod 4 gram. Kelebihannya, mampu menaikan tenaga mesin dan mengurangi efek panas berlebih di mesin.
Terakhir, penyempurnaan dilakukan pada sistem pendingin cair mesin. Di mana Honda merancang pendingin yang lebih terintegrasi. Salah satunya dengan membuat aliran cairan pendingin di dalam blok mesin sebagai pengganti selang. Hasilnya, selain mesin lebih kompak dan efisien, juga minim selang yang rawan kebocoran.
Lalu, bisa kah komponen mesin versi anyar ini diaplikasi, atau subtitusi ke mesin yang lama? Ternyata tidak bisa. "Ubahannya sangat banyak, nyaris tak ada yang bisa disubtitusi," pungkas Endro Sutarno, Technical Training Division AHTC. (otorider.com)