Mengapa Skutik Digemari di Indonesia? Inilah Sejumlah Alasan di Balik Fakta!
Inilah sejumlah alasan skutik digemari dan paling laris penjualannya di Indonesia.
Berdasarkan data yang diolah dari Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) 2017, pasar sepeda motor nasional terkoreksi sebesar 0,8% dengan total penjualan 5.886.102 unit dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang terjual 5.931.285 unit. Dari angka segitu, skutik mendominasi pasar dengan brand yang paling laris berasal dari Honda.
Berdasarkan fakta, ambil contoh merek Honda, jajaran motor logo sayap mengepak di segmen skutik itu terus menjadi motor-motor terlaris Honda dengan catatan penjualan 3.781.777 unit sepanjang 2017. Pencapaian penjualan positif ini diikuti oleh motor Honda di segmen bebek yang mampu terjual 351.059 unit, dan di segmen sport yang memberikan kontribusi penjualan 253.052 unit.
Nah, menjadi pertanyaan, mengapa model skutik digemari masyarakat Indonesia? "Secara tampilan bodi, skutik tidak mudah termakan zaman. Berbeda dengan model sport yang harus terus melakukan inovasi desain, mulai dari bodi, headlamp, hingga rearlamp termasuk perpaduan warna," jelas Hadi Black, spesialis bodi dan cat kendaraan dari Bengkel Auto Black di kawasan BSD, Tangerang Selatan.
Lanjut Hadi, model skutik juga mudah dimodifikasi. "Umumnya panel-panel yang lebar mudah diberi corak grafis dengan paduan warna selaras," jelasnya.
Selain itu, bila dilihat dari struktur bodi, skutik memiliki ruang kaki yang bisa dimanfaatkan untuk penempatan barang selain ruang barang yang tersedia di balik jok. "Masyarakat Indonesia suka membawa barang berlebih justru menjadi keunggulan sebuah skutik," jelasnya lagi.
Di samping itu skutik juga mudah dikendalikan karena mengusung sistem transmisi otomatis dan sudah cukup teruji dalam hal efisiensi bahan bakar. Penanganan servis juga mudah karena sudah banyak bengkel umum yang biasa oprak-oprek skutik.
Sementara itu dari pantauan Otorider.com di lapangan, secara resale value, skutik juga umumnya lebih baik dari jenis motor lainnya. Kurang apalagi?