Menuju Ekosistem Kendaraan Listrik Tidak Bisa Seperti Disulap!
Nyatanya dalam membangun industri kendaraan listrik itu tidak semudah membalikan tangan.
OTORIDER - Sudah sekitar tiga tahun pemerintah mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik maupun industri dengan mendukung penuh pengembangan Electric Vehicle (EV) di tanah air. Subsidi terhadap mobil dan motor listrik impor juga dinilai dapat mendorong percepatan pertumbuhan industri baterai di Indonesia. Namun, nyatanya dalam membangun industri kendaraan listrik, tidak semudah membalikkan tangan.
"Kembali lagi dalam melakukan intervensi tidak bisa seperti sulap, bicara hari ini lalu besok jadi. Itu perlu proses ya dan pasti butuh percepatan," ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir dalam ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (18/2).
Pihaknya telah mendorong berbagai BUMN untuk bertindak sejak dini. Pertama, tiga tahun lalu, ia telah meminta membangun ekosistem daripada baterai kendaraan listrik. "Apalagi yang namanya motor dan mobil listrik itu tadi, bahan bakar bakunya ada di kita. Artinya, jangan dilihat subsidi impor motor dan mobilnya, tetapi ekosistem di bawahnya akan terkena dampak positif juga," ujar Erick.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan, Sripeni Inten Cahyani mengatakan insentif untuk motor listrik diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menghasilkan lingkungan yang lebih bersih.
"Dengan adanya insentif dan subsidi dari pemerintah ini, diharapkan industri kendaraan listrik dapat berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja baru, dan menggerakkan sektor ekonomi terkait," ujar Inten dalam keterangan resmi, Senin (19/2).
Inten menambahkan, meski pemerintah memberikan insentif dan subsidi, peran semua pihak termasuk swasta, akademisi, dan media sangat penting untuk mendukung transisi tersebut. Caranya, dengan ikut berkontribusi untuk pergeseran dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. (*)