Waspadai Kecelakaan 'Adu Banteng', Dampaknya Fatal
Kecelakaan 'adu banteng' yang dialami oleh mantan pembalap road race, Hokky Krisdianto pada Senin (18/11) membuat nyawanya tak tertolong.
OTORIDER - Kecelakaan 'adu banteng' yang dialami oleh mantan pembalap road race, Hokky Krisdianto pada Senin (18/11) membuat nyawanya tak tertolong.
Insiden ini pun mendapat perhatian banyak pihak, termasuk Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu yang Otorider hubungi pada Senin (18/11).
Menurutnya, kecelakaan 'adu banteng', atau tabrakan frontal dari dua arah berlawanan adalah yang terburuk dari semua kecelakaan. "Ini head on collision, atau insiden terburuk dari semua kecelakaan di jalan raya," ucapnya.
Hal ini dikarenakan ada dua momentum berlawanan arah yang bertemu di satu titik. Bahkan efeknya jauh lebih parah dibandingkan saat menabrak benda diam.
Jusri menjelaskan, jika ada tabrakan dua motor yang di kecepatan masing-masing 60 km/jam, maka tingkat kerusakan jauh lebih parah atau mematikan ketimbang menabrak tembok di kecepatan yang sama.
"Kenapa? karena kecepatan tembok itu 0 km/jam. Kalau ‘adu banteng’ ada dua momentum di kecepatan 60 km/jam sehingga dampaknya lebih besar," kata Jusri.
Menghindari Tabrakan Adu Banteng
Untuk menghindari kecelakaan yang mematikan tersebut, pria ramah ini berpesan jika ada beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh pengendara. Diantaranya kompetensi akan berkendara di jalan raya.
Lalu pengetahuan, baik dari fungsi-fungsi dan fitur kendaraan dan peraturan lalu lintas, juga bahaya dan resiko di jalan. Kemudian perlunya etika termasuk empati berkendara.
Terakhir, tiap pengendara wajub menjaga perilaku dan pola pikir saat di jalan. "Misalnya bertemu keluarga dalam kondisi sehat jauh lebih penting dibandingkan kecepatan. Sehingga mindset jalan raya bukanlah sirkuit juga harus terus diingat selama perjalanan," wantinya.
Kemudian sesuaikan kecepatan dengan lalu lintas dan tertib berlalu lintas. Kecepatan motor sebaiknya berbasis kondisi jalan, karena variabelnya banyak. Misalnya meski jalur sepi, jangan langsung asal geber karena bisa saja di depan akan ada kondisi berbahaya seperti licin atau bergelombang.
Jika hal tersebut terpenuhi, maka kondisi tabrakan frontal bisa dapat diminimalisir. (*)