BBM Swasta RON 92 Langka, Konsumen Alami Antrian Panjang
Bensin non-subsidi dengan RON 92 dari sejumlah operator swasta terpantau semakin langka di wilayah Jakarta. Pantauan langsung OTORIDER pada Selasa (2/9) sore.

OTORIDER – Ketersediaan bahan bakar non-subsidi dengan RON 92 dari sejumlah operator swasta terpantau semakin langka di wilayah Jakarta. Pantauan langsung OTORIDER pada Selasa (2/9) sore mendapati kondisi kosong di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Di SPBU BP area Tanjung Barat, misalnya, bensin BP 92 sudah tak tersedia. Kondisi serupa juga terjadi di sejumlah titik lain, meski harga terbaru resmi masih tercatat berlaku mulai 1 September 2025. Menurut situs BP Indonesia, harga BBM mengalami penyesuaian kecil:
- BP 92 (RON 92): Rp 12.610/liter (naik Rp 60)
- BP Ultimate (RON 95): Rp 13.120/liter (naik Rp 70)
- BP Ultimate Diesel (CN 51): Rp 14.140/liter (turun Rp 240)
Keterbatasan stok juga terjadi pada jaringan SPBU Shell. Bensin Shell Super (RON 92) tidak merata penyebarannya. Di Pejaten, Kemang, Permata Hijau, hingga Pos Pengumben, produk tersebut kosong.
Sementara di Shell Tanjung Barat masih tersedia, namun konsumen harus rela mengantre panjang seperti halnya saat membeli BBM subsidi.
President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, membenarkan kondisi ini.
“Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa produk bahan bakar minyak (BBM) Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ tidak tersedia di beberapa jaringan SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” jelas Ingrid dalam keterangan resmi.
Adapun harga terbaru BBM Shell per 1 September 2025 untuk wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat tercatat:
- Shell Super (RON 92): Rp 12.580/liter (tetap)
- Shell V-Power (RON 95): Rp 13.140/liter (naik Rp 90)
- Shell V-Power Nitro+ (RON 98): Rp 13.300/liter (naik Rp 70)
- Shell V-Power Diesel: Rp 14.130/liter (turun Rp 250)
Sementara itu, Vivo Revvo 92 masih tersedia di SPBU kawasan Kemang dan Pejaten, meski ketersediaannya juga terbatas.
Kondisi ini membuat konsumen harus lebih cermat memilih lokasi pengisian bahan bakar. Hingga kini, belum ada kepastian kapan suplai normal akan kembali pulih. (*)










