Standarisasi Baterai, Hambatan Pengembangan Motor Listrik Indonesia?
Perkembangan kendaraan listrik di Indonesia, seperti motor listrik masih cukup berjalan dengan lambat
Perkembangan kendaraan listrik di Indonesia, seperti motor listrik masih berjalan dengan lambat. Padahal, pemerintah sudah menyiapkan berbagai kemudahan dan insentif, di antaranya subsidi pembelian motor listrik hingga konversi motor listrik.
Toto Nugraha selaku Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) mengatakan tantangan yang sering dialami oleh para pengguna motor listrik adalah mengenai perbedaan ekosistem.
Baca Juga: Ramaikan Jakarta Fair 2023, Kawasaki Rilis KLX110R dan KLX110R L
"Berbeda dari baterai dan pengisian daya yang digunakan oleh tipe motor listrik. Hal ini, juga mengindikasikan kesulitan bagaimana kita mengembangkan infrastruktur untuk charging dan swaping ke depan," ujar Toto dalam sesi Peluncuran Battery Assets Management Services IBC di Kemenko Marves, Jakarta dikutip dari laman Liputan 6.
Toto menambahkan, baterai adalah komponen yang paling mahal dari keseluruhan motor listrik. Jadi, ini akan sangat besar mempengaruhi harga jual.
Sehingga, ia berharap sebisa mungkin dilakukan standarisasi dengan penggunaan jenis baterai yang sama.
“Jadi, kalau kita bisa melakukan kavling terhadap baterai dan motor listrik itu tentunya akan sangat mengurangi biaya konsumen," tegas Toto.
Melihat hal tersebut, IBC kemudian meluncurkan battery asset management services atau BAMS. Ini adalah sebuah platform ekosistem motor listrik yang dapat mengakomodir pengguna motor listrik beberapa merek sekaligus, serta pengguna motor konversi.
"Platform BAMS terdiri dari baterai sendiri, nanti bisa dilihat baterai next generation kami yang memang benar-benar performance-nya bagus, dan sisi safety terjaga dengan sangat baik. Juga swapping station, dan aplikasi IOT yang mana kami memang menghubungkan semua titik yang ada, yang sudah ada maupun yang nanti akan kami integrasikan," ucap Toto.