Perkembangan motor listrik terus digenjot agar masyarakat dapat beralih dari motor bensin ke listrik. Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah setiap produsen memproduksi baterai masing-masing. Ini menyebabkan bentuk baterai berbeda-beda dan tidak bisa plug and play saat tukar baterai dengan motor lainnya.
Demi mengatasi hal tersebut, produsen sepeda motor listrik Gesits, Volta, dan Alva bersinergi dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) guna melakukan standarisasi baterai motor listrik.
"Kalau semua colokannya beda ya sulit ya. Nah, ini hal yang kami lakukan bersama. Jadi ada standarisasi dari segi hardware-nya, tapi yang penting juga dari software-nya. Jadi yang nanti Mobile PLN bisa dipakai, MyPertamina masih dipakai, platform payment yang ada sekarang misalnya Linkaja atau Ovo bisa dipakai semua," kata Direktur Utama IBC, Toto Nugroho dikutip dari Antara, Kamis (30/3).
Ia menambahkan, diperlukan standarisasi baterai untuk sepeda motor listrik agar memberi kemudahan kepada konsumen, termasuk ketika ingin mengganti baterai (battery swap). Salah satu produsen motor yang mendapatkan subsidi dari pemerintah Gesits, mengatakan kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa ketiga produsen kendaraan listrik telah kompak untuk membuat standarisasi baterai yang sama.
"Kami bertiga di sini kompak untuk memberikan standarisasi baterai dari pengguna masing-masing, baik itu dari dimensi, connection, lemari, yang kalau misalnya kita lihat di titik-titik point of sales, kalau lemarinya dengan menggunakan dimensi yang berbeda-beda atau bagaimana, itu kelihatannya enggak enak juga," kata Direktur Utama PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA) selaku manufaktur sepeda motor listrik Gesits, Bernardi Djumiril.
Baca Juga: Banyak Hadiahnya, Beli Motor Listrik Subsidi Bisa Lewat PLN Mobile
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Ilmate) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengemukakan pemerintah sedang menyusun regulasi untuk standarisasi baterai. “Baterai motor akan mengusung sistem swap. Jadi, sekarang kami lagi mendorong pertimbangan populasi dulu atau standarisasi dulu,” kata Taufiek dalam diskusi di IIMS beberapa waktu lalu.