Rangka ehanched Smart Architecture Frame (eSAF) tengah menjadi perbincangan di sosial media. Rangka yang digunakan pada Honda Genio, BeAT, BeAT Street, Scoopy, dan Vario 160 itu diduga mengalami karat hingga keropos, bahkan patah. Menanggapi hal ini, PT Astra Honda Motor (AHM) akhirnya memberikan klarifikasi.
Berdasarkan klarifikasi yang diberikan, AHM menyebut noda kuning di sekitar area rangka bukanlah karat, melainkan lapisan silicate. Hal ini dijelaskan oleh Ahmad Muhibbuddin selaku General Manager Corporate Communication AHM.
"Di pasar ada temuan bercak kuning pada sepeda motor Honda. Ada beberapa konsumen yang menemukan. Kami ingin menyampaikan bahwa bercak ini sebenarnya bukan karat, tapi lapisan silikat yang tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keropos," kata Muhib, sapaan Ahmad Muhibbuddin.
Muhib menambahkan lapisan silikat ini memiliki fungsi melapisi hasil pengelasan dan juga bisa mencegah oksidasi. "Ini suatu hal normal dan tak berbahaya. Para pemilik motor Honda tidak perlu khawatir karena bukan karat dan tidak berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan untuk sepeda motor baru," jelasnya.
Sementara itu, Subhan sebagai Manager Technical Service Division (TSD) AHM memberikan penjelasan mengenai timbulnya lapisan silikat ini. Ia mengungkapkan silicate tersebut bersifat isolator, artinya tidak dapat menghantarkan listrik. "Karena dia sifatnya isolator atau tidak bisa menghantarkan listrik, sementara proses pengecatan menggunakan elektrolisis, jadi enggak bisa nempel di lapisan silikat tadi," ujarnya.
Berkaitan lapisan silikat, OtoRider melakukan penelusuran mengenai teknik pencegahan korosi pada material baja, utamanya pada proses pengolahan dan pembuatan logam. Prof. Dr. Ir. Rini Riastuti, M.Sc sebagai ahli electrochemical and corrosion serta Guru Besar Departemen Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia mengedepankan persiapan permukaan (surface preparation) pascapengelasan sebagai langkah pencegahan terjadinya korosi.
Baca Juga: Kasus Rangka eSAF, YLKI: Honda Harus Beri Ganti Rugi dan Kompensasi
“Rangka motor materialnya apa? (Proses produksinya, Red) Bending, las, plating begitu kan?” tanyanya pada awal diskusi dengan OtoRider. Menurutnya, persiapan permukaan itu penting dalam proses produksi dan pembentukan material. Proses diskusi kemudian dilanjutkan setelah beliau melihat foto dan spesifikasi rangka eSAF berikut beberapa gambar rangka yang sudah berkarat dan sempat viral.
Lebih lanjut, wanita berkacamata minus ini menyebutkan perlunya perlakuan pascapengerjaan (post treatment). “Setelah stamping (penekanan) dan welding (pengelasan) apakah dilakukan heat treatment untuk stress relieve (pelepasan tegangan)? Korosi bisa terjadi karena di bagian itu full stress (penuh tegangan) karena ada tekukan dan pengelasan,” paparnya.
Proses heat treatment kemudian umumnya dilanjutkan surface preparation. “Karat itu sederhana, kok. Selama tidak ada air, aman. Artinya, 85-95% kerusakan karat atau katakanlah coating, itu karena surface preparationnya jelek,” sambung Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi M Soedarsono, DEA, Guru Besar Departemen Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia dan ahli metallurgical engineering, corrosion & protection, metallurgical extraction dan mineral processing.
Lebih lanjut, disebutkan dalam klarifikasi Honda, bahwa warna coklat pada rangka merupakan tanda kehadiran silikat. Karakteristiknya disebut isolator dan merekat kuat pada logam. Karakter isolator itu pula yang membuat proses coating dengan metode Cathodic Electrodisposition (CED) tidak menempel di silikat berwarna coklat itu.
“Sederhana saja, kita ambil sampel dan uji. Pakai EDX (Energy Dispersive X-Ray Analysis) atau apa. Kalau silikat pasti ada Si (Silikon), kalau karat, ya pasti Fe2O3. Mau di lab uji mana bisa. Di sini juga boleh, sudah ISO 17025, kok. Supaya tidak hanya perkiraan saja, tapi dibuktikan,” imbuh Johny.
Uniknya, kedua dosen yang senantiasa bersentuhan dengan persiapan material sampai pencegahan korosi ini tidak menyebutkan kehadiran silika dan karat sebagai hal yang diinginkan. Kedua zat itu berusaha dihilangkan atau dikurangi pada proses persiapan permukaan material.
"Kalau memang dianggap silikat yang non-konduktif, artinya surface treatmentnya jelek. Saat surface treatment kan bertahap. Dari digerinda, amplas sampai pickling. Harusnya sudah hilang sebelum CED,” jelas Rini yang berkantor di kampus Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Depok, Jawa Barat.
“Juga dengan adanya cathodic electrodeposition, bila surface preparationnya tidak baik akan jadi galvanic corrosion. Kalau surface preparation tidak sempurna, lapisannya ngeletek lepas, maka base material dengan cepat bereaksi dengan lingkungan, jadi korosi," pungkas Rini pada OtoRider.
Maka, klarifikasi yang dilakukan Honda terhadap isu mengenai rangka eSAF ini bertolak belakang dengan pandangan akademisi. Kehadiran silikat yang diklaim aman saat klarifikasi, menurut akademisi justru perlu dihilangkan.