Benarkah Etanol Bisa Menyebabkan Karat pada Tangki Bensin Kendaraan?
Apakah etanol benar bisa bikin mesin berkarat? Ahli ITB menjelaskan bahwa penyebab utama bukan etanol melainkan kadar air tinggi.
OTORIDER - Wacana pemerintah terkait penambahan etanol sebesar 10 persen pada bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite atau Pertamax memunculkan berbagai pertanyaan dari masyarakat. Salah satu isu yang beredar adalah kekhawatiran bahwa etanol dapat menyebabkan karat pada tangki dan mesin kendaraan jika digunakan dalam jangka panjang. Namun, benarkah hal tersebut?
Dr. Ing. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin, Kelompok Keahlian Ilmu Rekayasa Thermal Institut Teknologi Bandung (ITB), memberikan penjelasan ilmiahnya dalam RAMO Podcast yang tayang di kanal YouTube Otorider.
Menurut Tri, etanol memang bisa bereaksi dengan pelapis antikarat tertentu, terutama yang mengandung timbal. Reaksi tersebut dapat menyebabkan pelapis menjadi rapuh atau terkelupas sehingga bagian logam pada tangki atau mesin lebih mudah terpapar oksigen dan menimbulkan karat.
“Karena etanol itu akan bereaksi dengan pelapis antikarat yang ada di tangki kalau mengandung timbal. Karena dia akan mengoksidasi timbalnya baik menjadi rapuh atau ngelupas lah ya, sehingga akhirnya ada oksigen yang langsung bereaksi dengan bajanya dan menimbulkan karat,” ujar Tri.
Namun, Tri menegaskan bahwa penyebab utama karat bukan etanol itu sendiri, melainkan sifat etanol yang higroskopis artinya mudah menyerap air dari udara. Jika kadar air dalam bahan bakar tinggi, maka air itulah yang menjadi pemicu terjadinya karat pada komponen logam kendaraan.
“Sebetulnya yang menimbulkan karat bukan etanol ya, tapi karena sifat etanol yang higroskopis, menyerap air yang ada di udara. Nah, karena ada air di dalam tangkinya, maka itulah yang bereaksi,” jelasnya.
Oleh karena itu, untuk menghindari dampak negatif tersebut, kualitas etanol yang digunakan dalam campuran BBM harus memenuhi standar tertentu. “Berdasarkan ketentuan dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), etanol yang digunakan sebagai bahan campuran BBM harus memiliki kemurnian minimal 99,4 persen dan kadar air tidak lebih dari 0,7 persen,” jelas Tri.
Standar ini menjadi penting agar campuran etanol tidak menimbulkan efek korosif dan tetap aman digunakan pada kendaraan bermotor yang beredar di Indonesia.
Dengan begitu, masalah karat bisa terjadi jika etanol yang digunakan tidak memenuhi standar kemurnian dan mengandung kadar air tinggi. Dengan pengawasan mutu yang ketat, penggunaan etanol dalam BBM justru dapat menjadi langkah positif untuk mendukung energi ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. (*)