Sirkuit 'Monasco' Dahulu Cari Kesenangan, Kini Cukup Meresahkan
Fenomena cornering belakangan kian marak di kalangan pehobi motor Ibukota. Kegiatan yang termasuk liar ini sudah berlangsung selama delapan tahun, kini bergeser dan disinyalir mulai meresahkan.
Fenomena melahap tikungan atau cornering belakangan kian marak di kalangan pehobi motor Ibukota. Kegiatan yang termasuk liar ini sudah berlangsung selama delapan tahun, kini bergeser dan disinyalir mulai meresahkan. Seperti apa sih awalnya? Dahulu, kegiatan ini dicetuskan oleh beberapa anggota komunitas sepeda motor matik yang berkumpul di bilangan Jakarta Selatan. Sekumpulan anak muda yang awalnya berangkat dari sebuah klub mobil lawas ini, mulai ramai membeli motor bertransmisi CVT yang beken pada 2007.
Memang dasar hobi utak atik, maka skuter matik tersebut tidak dibiarkan standar. Dari mulai upgrade pelek agar tampilan berbeda dengan standar hingga meningkatan performa suspensi dan tenaga mesin sampai berkapasitas di atas 200 cc agar akselerasi lebih maksimal.
Awalnya kegiatan ini hanya ‘lucu-lucuan’ saja tanpa mencari siapa yang menang dan kalah yang dilakukan pada Jumat malam atau Sabtu dinihari. Mereka ramai-ramai melahap tikungan bersama hanya untuk melepas adrenalin yang tertahan. Terbukti sekumpulan komunitas ini hanya berakselerasi saat menjelang tikungan saja. Selepas tikungan dan memasuki jalan lurus mereka tertawa-tawa sambil mengendarai motor dalam kecepatan rendah.
Jalur yang ditetapkan untuk cornering, memang lebih banyak tikungan ketimbang jalur lurus. Hal ini dirancang agar mengakomodir kegilaan akan tikungan pada komunitas itu. Jalur yang dirancang itupun diberi nama sirkuit Monasco agar mirip dengan sirkuit jalan raya yang terdapat di negara Monaco.
Akhirnya tren ini terbaca oleh sekumpulan orang-orang penggemar kecepatan yang keluar dari pakem sirkuit Monasco. Mereka ramai-ramai melhap tikungan pada kecepatan tinggi dan terus melakukan aksi adu pacu kecepatan pada trek lurus. Sehingga kegiatan ini menjadi suatu ajang kompetisi bagi sesama klub bahkan antar klub.
Karena dirasa semakin berbahaya dan malah menggangu pengguna jalan lain, akhirnya pada 2008, para founder ini undur diri dari kegiatan yang lebih mirip balapan liar di malam Sabtu. “Yang terjadi sekarang para pemotor jadi ugal-ugalan disana, jadi ngeri sendiri, lebih baik berhenti dari pada nyawa yang jadi taruhan,” tutur Hendri Doeni mantan pelaku cornering Monasco saat itu.
Terbukti memang pada Sabtu dinihari 1 Agustus 2015 tadi malam para pelaku pelahap tikungan ini menjadi semakin ugal-ugalan tanpa memperhatikan pengguna jalan lain. Para peserta pun bukan hanya dari pengguna skuter matik, melainkan hampir seluruh tipe motor melakukan aktifitas ini. Yakni bebek, bebek sport bahkan sport fairing di atas 250 cc. Akan lebih baik jika animo ini dilakukan di tempat yang layak. Sirkuit permanen misalnya. (otorider.com)