Sejarah Slipper Clutch, Teknologi yang Diterapkan di Honda CBR250RR
Berawal dari dunia balap, agar memudahkan saat memasuki tikungan saat deselerasi.
Saat di lintasan balap, motor melaju kencang di jalur lurus dan harus melakukan pengereman kuat serta deselerasi saat hendak memasuki tikungan. Penunggang motor pun melakukan penurunan gigi transmisi untuk membantu pengereman.
Namun, putaran roda yang cepat membuat mesin meraung. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan putaran yang disalurkan oleh rantai dari roda. Efeknya, roda belakang malah seperti terkunci karena tertahan sesaat oleh putaran mesin. Sehingga, berpotensi menyulitkan penunggangnya, terutama pada motor dengan mesin empat langkah yang memiliki efek engine brake lebih besar dibandingkan mesin dua langkah.
Baca Juga: Inspirasi Modifikasi New Honda Vario 125, Simple dan Sporty
Hal lain yang bisa terjadi adalah mesin mengalami over-reving alias berputar terlalu cepat karena terdorong putaran roda. Dikhawatirkan, kondisi ini lama-kelamaan akan merusak komponen transmisi.
Oleh sebab itu, dikembangkanlah fitur bernama Slipper Clutch. Dikutip dari en-academic.com, Slipper Clutch diperkenalkan Honda pada 1982 di Daytona, Amerika Serikat di motor FWS1000. Namun, dianggap gagal karena membuat kopling cepat aus. Kemudian, di tahun yang sama Honda menyematkannya pada 750 Interceptor di ajang Superbike. Cara kerjanya cukup sederhana, yaitu mengurangi friksi kampas kopling ketika terjadi engine brake.
Hingga kini penerapan Slipper Clutch tak hanya ada pada motor berkapasitas besar, tetapi juga di mesin kecil yang berkapasitas 150cc maupun 250cc. “Pada CBR250RR baru, sama dengan yang digunakan CBR250RR tahun 2020,” ujar Endro Sutarno, Technical Service Division PT Astra Honda Motor (AHM).
Baca Juga: Tak Asal Besar! Porting Polish di Mesin Motor Ada Ukurannya
Jadi, rumah koplingnya sedikit berbeda dengan model konvensional. Pada fitur Slipper Clutch, ada bagian yang bisa memberi jarak tambahan pada kampas kopling. Sehingga, tak bergesekan terlalu kuat dan terdapat efek loss pada roda belakang.
Dengan begitu, saat engine brake kuat, roda belakang tidak tertahan dan meniadakan efek roda terkunci saat penurunan gigi secara ekstrem. Efek bodi motor membuang ke samping juga bisa dihilangkan dan pengendara akan lebih aman.