MaxDecal Art Party Pamerkan Industri Kreatif Berkonsep Kolaboratif
Tak sekadar pameran konvensional, tetapi platform kolaboratif 170 Seniman dan 50 Modifikator, didukung oleh Kementerian Ekonomi Kreatif (EKRAF).

OTORIDER – MaxDecal, stiker otomotif di Indonesia, menggelar gelaran bertajuk MaxDecal Art Party 2025, pada 6 – 7 Desember 2025 di Brickhall, Fatmawati, Jakarta Selatan.
Acara ini bukan sekadar pameran konvensional, melainkan platform kolaboratif yang menyatukan 170 Seniman dan 50 Modifikator, yang didukung penuh oleh Kementerian Ekonomi Kreatif (EKRAF).
“Kami memilih konsep Art Party karena ingin menghadirkan pengalaman baru yang mencerminkan semangat ekonomi kreatif. MaxDecal ingin menciptakan suasana yang lebih menyenangkan dengan menggabungkan otomotif dan seni dalam satu tempat yang sama, sekaligus memberikan pengalaman yang berkesan daripada pameran pada umumnya,” kata Nofian, Project Director & RnD MaxDecal.
Konsep Art Party ini berfokus pada Build Off-line Market, yang bertujuan membangun dan mempertemukan 170 seniman/kreator dan 50 modifikator di ruang fisik yang sama. Pertemuan ini diharapkan dapat membuka peluang dan memperkuat ekosistem kreatif di dunia off-line.
Keterkaitan dengan perlindungan karya juga menjadi fokus. Selain edukasi bisnis, terdapat kegiatan menarik lainnya seperti Copyright Education bersama EKRAF, Modification Contest, Art Paints, Art Photo Booth, dan Live Printing.
Perhelatan MaxDecal kali ini berfokus pada kendaraan roda dua. Karena menurut Nofian, saat ini, pertumbuhan seni modifikasi motor sangat tinggi terlihat dari permintaan penggunaan stiker.

MaxDecal Art Party 2025 merupakan art market pertama diselenggarakan MaxDecal yang secara spesifik berfokus pada kesenian dan crafting, dengan menampilkan sdya tarik global dengan adanya Art Creator luar negeri, seperti Nuy Sticker dari Thailand dan 12 kreator overseas lainnya. Juga hadir 16 tamu dari 12 perusahaan.
Selain fokus kepada seni, MaxDecal tetap menghadirkan elemen otomotif kental melalui Moto Art Show.
Dalam Moto Art Show, highlight utamanya adalah peluncuran produk terbaru MaxDecal Xtreme Series dan sesi Live Printing bersama PT. Mulia Mandiri Supply.
Para pelaku industri kreatif dan art creator bisa langsung berkonsultasi, melihat demonstrasi proses dan teknologinya, sekaligus mendapatkan produk printer terbaik yang dapat menghasilkan karya stiker berkualitas.
Di ajang ini, kontes modifikasi motor akan memilih 10 the best kategori yang semuanya berkaitan dengan stiker, menunjukkan betapa krusialnya peran decal dalam modifikasi motor.
MaxDecal Art Party dan Moto Art Show rencananya akan dijadikan event tahunan untuk terus memberikan wadah dan berkolaborasi bersama EKRAF dalam mendukung ekosistem kreatif Indonesia.
“Kita mau mendorong melampaui normalitas (beyond normality) karena Indonesia punya potensi menjadi pemenang dalam segala custom. Kita punya segalanya, dari mulai budaya, keunikan, hingga keahlian sumber daya manusianya,” ujar Irene Umar, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, saat berbicara di MaxDecal Art Party 2025.
"Sektor otomotif sangat bersentuhan dengan EKRAF. Kita harus mendorong brand-brand otomotif di Indonesia menampilkan karya seni dari para kreator lokal di pameran-pameran besar,” tambahnya.
Seperti kolaborasi sebelumnya MaxDecal dengan Yamaha yang menampilkan karya IP lokal.
“Bayangkan, Indonesia adalah pasar sepeda motor paling besar di dunia. Kita harus mendorong kolaborasi ini karena konsumen sepeda motor sekarang ingin tampil unik, tidak mau yang biasa-biasa saja, seperti melalui stiker-stiker karya para kreator lokal,” katanya.
Terkait upaya EKRAF mendorong pendaftaran IP (Intellectual Property), ia menjelaskan bahwa mendaftarkan IP adalah untuk memproteksi diri. "EKRAF hadir untuk mempermudah, karena kami tahu proses legal sering dianggap ribet oleh kreator. Proteksi harus dilakukan dari sekarang, jangan menunggu IP menjadi besar," tegasnya.
Hal ini krusial karena adanya potensi bisnis dari licencing. Income kreator tidak hanya berasal dari jualan produk atau merchandise, tetapi juga meraih pendapatan dari licence fee. "Model ini sudah berjalan di dunia, seperti Marvel di AS, Pokémon di Jepang, dan lain-lain. Semuanya mengandalkan licensing base." (*)










