Kurang Aman, Pabrikan Ban Tidak Sarankan Tambal Cacing
Masyarakat Indonesia kerap menambal ban yang terkena paku atau bocor agar dapat digunakan kembali. Namun pada ban tubeless, tambalan sering kali menggunakan model cacing.
Masyarakat Indonesia kerap menambal ban yang terkena paku atau bocor agar dapat digunakan kembali. Namun pada ban tubeless, tambalan sering kali menggunakan model cacing. Banyak yang belum tahu, ternyata tambal ban cacing tidak disarankan untuk digunakan secara permanen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Fachrul Rozi selaku Customer Engineering Support Michelin Indonesia. Menurutnya banyak kecelakaan pecah ban karena salah perawatan dan perbaikan pada ban. Salah satu contoh yang banyak ditemukannya adalah tambal ban menggunakan model cacing.
Baca Juga: Ternyata Penggunaan Semir Bisa Bikin Permukaan Ban Pecah!
"Karena kalau pakai cacing, begitu ketusuk paku kan engga dilepas ban-nya dari pelek kan? Gatau pakunya nusuk kemana di dalem? Contoh saya pernah kebetulan nemu paku yang menusuk dan belok menggesek ke bagian dalam ban," ujar Fachrul Rozi saat ditemui awak media di Jakarta beberapa waktu lalu.
Fachrul pun mempertanyakan apa yang terjadi jika paku yang menggesek ke bagian dalam tersebut hanya dicabut dan ditambal menggunakan cacing. "Kalau engga dibuka kan engga tahu ada yang rusak, yang ada ban bisa meletus. Makanya jangan tambal cacing, harus dibuka dulu karena saya engga yakin ini aman," pungkasnya.
Baca Juga: Ban Sudah Digunakan Selama 5 Tahun, Masih Layak Pakai?
Fachrul tidak menyerankan penggunaan tambal cacing untuk digunakan secara permanen. Menurutnya tambalan tersebut hanya digunakan sementara hingga pengendara dapat menemukan bengkel yang tepat. Jika ingin tetap ditambal, dirinya pun menyarankan menggunakan tambalan model patch atau biasa disebut tiptop.