Harga minyak mentah dunia saat ini bisa dibilang cukup mahal. Sehingga membuat subsidi energi, terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) melonjak drastis. Mengenai masalah tersebut, selain beralih ke listrik, pemerintah juga menyiapkan program diversifikasi BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas), khususnya untuk kendaraan jenis sepeda motor.
"Konsep diversifikasi BBM ke BBG ini sebenarnya sudah lama. Awalnya diterapkan pada mobil-mobil taksi. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) juga sudah cukup banyak di Jakarta. Kita bicara ini setelah harga BBM melambung tinggi, padahal kita sudah siapkan dari dulu," ujar Anggota Komisi VII DPR RI, Ridwan Hisjam dikutip dari dpr.go.id pada Sabtu (19/11).
Baca Juga: Honda Perkenalkan Sistem Swap Battery untuk Motor di Jepang
"Masyarakat tidak perlu beli motor baru, pihak PT Perusahaan Gas Negara (PGN) akan memodifikasi motor lama dengan tambahan alat dan tabung khusus untuk pengisian BBG setara 4 liter. Diharapkan diversifikasi ke BBG ini bisa meningkatkan penghasilan Ojol karena harga BBG lebih murah," papar Ridwan.
Ia pun memastikan bakal memberi dukungan penuh mewujudkan ekosistem kendaraan berbasis listrik (electric vehicle).
Baca Juga: Tidak ke China, Perusahan Motor Listrik Gogoro Fokus ke Indonesia
Namun, menurut Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno masih masih terdapat kendala dalam penggunaan kendaraan listrik untuk perjalanan jarak jauh, karena terbatasnya penyedian insfrastruktur SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). Untuk sementara waktu hanya bisa untuk mobilitas perkotaan. Itupun harus sudah siap dulu penyediaan SPKLU di sejumlah tempat yang strategis.
"Bercermin dari Program penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) yang gagal karena minimnya SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas). Hal yang sama jangan sampai terulang kembali jika menganggap kendaraan listrik akan menjadi sarana transportasi di masa depan," ujar Djoko kepada OtoRider, Sabtu (19/11).