Pasang Lampu BiLED, Apa Plus Minusnya Dibandingkan Standar?
Mengganti lampu dengan aftermarket, tentu dengan maksud mendapatkan hasil yang lebih baik penerangannya ke jalan. Namun, kalau salah pilih, tentu tidak optimal.
OTORIDER – Mengganti lampu standar dengan BiLED banyak dilakukan belakangan ini oleh pengguna kendaraan roda dua.
Tujuannya tentu agar mendapatkan pencahayaan ke jalan yang lebih terang agar apa yang ada di depan, lebih terlihat jelas.
Tetapi hal ini bukan berarti tanpa risiko, karena pada dasarnya penggantian perangkat standar dengan aftermarket mesti dilakukan dengan cermat.
Lantas, agar tidak terjadi korsleting, sebaiknya hindari sambungan kabel terlalu banyak dan sambungan harus disolder dan ditutup dengan isolator, sehingga terhindar dari sentuhan dengan bodi yang berbahan logam.
Wira juga menyarankan agar memilih lampu BiLED yang ukurannya pas dengan batok lampu, sehingga mencegah ada gesekan yang bisa membuat kabel terkelupas.
Sementara, jika dibandingkan dengan lampu standar, pengguna tidak perlu pusing dan khawatir dengan perkabelan pada tunggangannya, karena sudah disesuaikan oleh pabrikan dengan cukup presisi.
Tetapi tak jarang kualitas sinar dari lampu utama belum memuaskan pemiliknya. “Sinarnya kurang terang dan juga kayanya ‘tidak gaul’,” kata Rangga, lelaki pengendara skutik yang mengganti lampu standarnya dengan BiLED.
Lantas, berapa kocek yang perlu dikuras, saat ingin menebus lampu BiLED? Di pasaran ada yang menjualnya mulai dari Rp 60 ribu.
“Kalau di kami dijual hingga Rp 1,5 juta,” kata Wira, tentu ibarat pepatah, ‘ada harga, ada barang’ berlaku alias untuk memperoleh kualitas yang bagus biasanya ditebus dengan harga yang lebih tinggi. (*)