Yamaha Banjiri Motor Bebek Baru di ASEAN, Indonesia Ikutan?
Di pasar Asean motor bebek Yamaha masih terbilang berjaya. Bahkan beberapa model barunya masih dihadirkan oleh pabrikan berlogo garputala ini.
OTORIDER - Di pasar ASEAN motor bebek Yamaha masih terbilang berjaya. Bahkan, beberapa model barunya masih dihadirkan oleh pabrikan berlogo garputala ini.
Misalnya, belum lama ini ada Yamaha Finn yang meluncur di Thailand dan Sirius di Vietnam. Keduanya merupakan versi anyar dari Yamaha Vega Force dengan penyesuaian tampilan untuk masing-masing negara. Mesinnya sendiri tetap 115 cc injeksi.
Selain dua motor tersebut, mesin 115 cc ini juga diusung model baru bersosok bebek trail, Yamaha PG-1 2024. Tunggangan ini masuk kategori hobi, sehingga bisa disandingkan dengan Honda CT125 karena kemiripannya.
Saat ini Yamaha PG-1 hanya masuk ke beberapa negara ASEAN seperti Thailand, Vietnam, Malaysia hingga Filipina. Namun, belum ada kabar bakal dijual di Indonesia.
Sehingga, kondisi jauh berbeda tampak di tanah air yang masih mengandalkan model-model lama. Di antaranya mulai dari entry level, Yamaha Vega Force yang sudah sejak 2015 mengaspal. Lalu, di model menengah ada Yamaha Jupiter Z1 yang malah sudah sejak 2012 silam lahir di Indonesia. Sementara tipe tertinggi sekelas Yamaha MX King 150 mengalami ubahan terakhir di 2018.
Lalu, apakah model-model baru motor bebek Yamaha di pasar ASEAN ini akan masuk ke Indonesia? PR Manager PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Rifki Maulana menyatakan jika motor bebek baru Yamaha tersebut agak sulit untuk diluncurkan di Indonesia.
Ini karena pasar motor bebek saat ini yang sangat kecil dan jauh berbeda dari kontribusi skuter matik yang mampu menguasai market share hingga 90 persen di Indonesia.
"Kalau dilihat dari Thailand dan Vietnam demand bebek mereka masih cukup besar. Mungkin ada penurunan, tapi terus stabil. Sepengetahuan saya di sana (pasar) di luar kotanya, bebek masih jadi andalan dibanding matiknya," urainya saat Otorider temui akhir pekan lalu di Makassar, Sulawesi Selatan.
Sedangkan di Indonesia, dominasi skuter matik tampak di mana-mana. "Kalau di Indonesia tuh merata, semuanya enggak hanya di kota, hingga ke pelosok matiknya mendominasi," ucapnya.
Hal ini yang kata Rifki menghambat perkembangan lahirnya model-model baru dari segmen bebek di Indonesia. "Ya, jadi bisa dibilang dengan demand seperti itu, manajemen pasti melihat bussiness point of view, kalau masih bisa dijual, ya jual saja model yang sekarang," ungkap pria ramah ini.
Meski demikian, pengembangan akan tetap dilakukan jika ada regulasi baru dari pemerintah terkait produk mereka. Seperti soal emisi atau lainnya. "Tapi kalau ada regulasi (baru), pasti kita ikut update," pungkas Rifki. (*)