Pakar Safety Riding Beri Tips Berkendara Motor Rangka eSAF
Jika sasis patah saat di jalan, selain berakibat cidera juga berbahaya bagi pengguna jalan lain.
OTORIDER - Rangka ehanched Smart Architecture Frame (eSAF) tengah diperbincangkan di sosial media dalam beberapa waktu belakangan terkait dugaan adanya karat, keropos, bahkan patah. Namun demikian, banyak juga pengguna yang merasa motor Honda-nya 'baik-baik saja'.
Jusri Pulubuhu selaku Lead Instructor dan pemilik Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) memberikan sejumlah tips bagi para pengendara motor yang memakai rangka eSAF.
Baca Juga: Pacific Hadirkan Prototipe Motor Listrik Whizz di GIIAS 2023
Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. "Dipastikan penggunaanya sesuai dengan peruntukan motor tersebut, seperti tidak mengangkut beban berat, tidak digunakan untuk olah raga bermotor, intinya tidak 'disiksa'. Sehingga, komponen di motor tersebut tidak mendapat beban yang berlebihan," terang Jusri.
"Sebaiknya lakukan langkah-langkah antisipasi, seperti menggunakan motor dengan semestinya, tidak melebihi kecepatan maksimum di jalan, tidak mengangkut beban berlebih," ujarnya.
Ia pun menyarankan agar menyempatkan waktu untuk memeriksa kondisi sasis. "Tak usah ragu mencuci bagian motor yang tertutup cover bodi, seperti rangka, rajin dibersihkan dan diperhatikan. Jika ada retakan, jangan dipakai sebelum retakan di sasis diatasi dengan baik," kata Jusri.
Jusri menambahkan, ketika berkendara dan sasis patah di jalan, bisa menyebabkan banyak kerugian. "Baik cedera bagi pengguna karena terjatuh, juga bisa jadi penyebab kecelakaan orang lain yang ada di jalan tersebut. Misal, karena menghindari motor yang jatuh, pengendara lain malah jadi bertabrakan dengan yang lainnya atau karena mengerem mendadak, sehingga tertabrak orang dari belakang," ungkapnya.
Berkendara defensive atau antisipatif juga sebaiknya dilakukan. "Berkendara di dalam kota, tidak lebih dari 50 km/jam atau sesuai rambu-rambu yang ada di jalan. Kemudian jika jalanan berlubang, sebaiknya tak perlu kencang, mungkin paling tinggi 30 km/jam. Sehingga, jika jatuh bisa mengurangi risiko cedera," kata lelaki kelahiran 1960 itu.
Baca Juga: Kasus Rangka eSAF, YLKI: Honda Harus Beri Ganti Rugi dan Kompensasi
Menurut Jusri, pengguna motor harian tentu tidak akan menyangka rangkanya bakal patah, sehingga risikonya pun tak disangka. Lain halnya motor yang memang digunakan untuk olah raga, pengguna sudah tahu risiko yang dihadapi.
"Saat olah raga motor, tak sedikit dijumpai sasis patah saat digunakan, tentu karena penggunaan ekstrem. Tetapi, itu kan di lintasan tertutup, kalau di jalanan akan lebih berbahaya," katanya. (*)